Jhon Kwano, Marketing Manager, KSU Baliem Arabica - Messenger of the Koteka Tribes to the Global Community
"Kenggi Abolok, Kambe Abolok" – sebuah pepatah bijak dari tanah Melanesia yang menggema kebenaran abadi: "Yang tidak bekerja, tidak pantas makan."
Ini bukan sekadar peribahasa, tapi hukum alam,
prinsip dasar kehidupan yang dijunjung tinggi oleh leluhur kita sejak zaman
dahulu. Tanpa kerja keras, tak ada kemakmuran. Tanpa keringat, tak ada
berkat.
Makna Mendalam di Balik "Kenggi Abolok, Kambe Abolok"
Pepatah ini mengandung tiga kebenaran besar:
- Keadilan:
- Makanan
adalah hasil usaha. Siapa yang menanam, dia yang menuai.
- Memberi
makan orang malas adalah ketidakadilan bagi yang bekerja keras.
- Tanggung
Jawab:
- Setiap
orang wajib berkontribusi—baik di kebun, di laut, atau dalam
masyarakat.
- Tak
ada makan siang gratis. Jika engkau tak mau mencangkul, jangan harap
nasi di piringmu.
- Harga
Diri:
- Orang
yang hidup dari belas kasihan kehilangan martabatnya.
- Leluhur
kita bangga mencari nafkah dengan tangan sendiri, bukan mengemis.
"Ora Et Labora" – Falsafah yang Sama di Seluruh Dunia
Kebijaksanaan Melanesia ini sejalan dengan prinsip "Ora
Et Labora" (Berdoa dan Bekerja) dari tradisi Kristiani, atau pepatah "No
work, no food" dalam budaya Barat.
- Alkitab
(2 Tesalonika 3:10): "Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah
ia makan."
- Konfusius:
"Keberuntungan datang dari kerja keras, bukan dari mimpi
kosong."
- Falsafah
Afrika: "Tangan yang memberi harus lebih tinggi dari tangan
yang menerima."
Ini membuktikan bahwa kerja keras adalah hukum universal—baik
di Melanesia, Eropa, Asia, maupun Afrika.
Bahaya Membiasakan Memberi pada yang Malas
Jika kita terus memberi tanpa syarat, kita
menciptakan:
- Generasi
pemalas yang mengharapkan bantuan tanpa usaha.
- Mentalitas
tergantung yang merusak semangat masyarakat.
- Kemiskinan
abadi, karena orang tak lagi terdorong untuk berusaha.
"Tolonglah orang yang terjatuh, tapi jangan beri
makan yang hanya duduk menunggu."
Penerapan dalam Masyarakat Modern
Prinsip ini harus tetap hidup, baik di desa maupun di kota:
- Dalam
Keluarga:
- Ajarkan
anak bekerja sejak dini—ke kebun, jaga toko, atau cari kayu bakar.
- Jangan
biasakan mereka hidup santai sementara orang tua bersusah payah.
- Dalam
Pemerintah:
- Program
bantuan harus mendorong kemandirian, bukan ketergantungan.
- Beri
pelatihan kerja, bukan sekadar sembako.
- Dalam
Masyarakat:
- Hormati
petani, nelayan, dan pekerja, bukan orang kaya yang dapat uang
tanpa usaha.
- Kutuk
kemalasan, bukan rayakan orang yang hidup dari korupsi atau bantuan
terus-menerus.
Kesimpulan: Kembali ke Akar Melanesia yang Gigih
"Kenggi Abolok, Kambe Abolok" bukanlah
kata-kata kasar—tapi peringatan bijak agar kita tidak menjadi lemah.
- Jika
kita malas, kita akan miskin.
- Jika
kita bekerja, kita akan jaya.
- Jika
kita menghargai keringat sendiri, kita akan dihormati.
Mari hidup seperti nenek moyang kita—bangsa pekerja,
bangsa pejuang, bangsa yang pantas makan karena berani berkarya!
🔥 #KerjaAtauLapar
#MelanesiaKuat #KenggiAbolok 🔥
Bagikan pesan ini! Agar generasi muda Melanesia tak
lupa warisan leluhur: Hidup harus diusahakan, bukan ditunggu! Hidup yang
Anda Jalani saat ini ialah ciptaanmu sendiri, jangan salahkan siapa-siapa bila
ada kekurangan, jangan banggakan siapa-siapa saat ada yang patut dibanggakan;
karena itu sikap yang memanjakan “ego”, yang sebenarnya tidak sehat dan merugikan
bagi roh dan jiwamu.
0 Comments